Suara adzan Isya’ yang terdengar pelan dari salon komputer sang Ayah
membuat Rafi, anak yang masih berusia dua tahun itu mengingatkan
Ayahnya. “Ayah, waktunya sholat ya...?” dengan polosnya Ia bertanya pada
sang Ayah yang sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah di depan
komputer. “Iya sayang, Ayah mau berwudlu dulu ya...” jawab sang Ayah
dengan tersenyum. “Ayah mau ke mana?” Tanya sang Anak lagi. “Ayah mau
sholat ke masjid” jawab sang Ayah. “Rafi ikut” jawab sang Anak dengan
mengiba. “Sayang, di luar sangat dingin, mas Rafi di rumah saja ya sama
Bunda,” jawab sang Ayah. “Rafi ikut Ayah...” jawab sang Anak dengan mata
yang berkaca-kaca...
Sang Ayah memandangi anaknya dengan iba, dia berusaha meyakinkan
anaknya yang masih kecil tersebut. Tetapi semakin diyakinkan, si Anak
semakin menangis menjadi, karena memang hanya satu keinginan sang Anak,
yaitu mengikuti Ayahnya sholat ke masjid. Dilihatnya sang Istri sudah
tertidur sangat nyenyak, mungkin karena pekerjaan hari ini yang
melelahkan dan kebetulan memang sedang berhalangan untuk sholat.
“Baiklah, mas Rafi ikut Ayah ke masjid, tetapi nanti mas Rafi ikut
sholat dan tidak mengganggu yang lain ya...” pesan Ayah tersebut kepada
anaknya. Rafi kecil mengangguk, rupanya janji itu telah mengganti
kesedihan yang menyelimutinya, dengan kebahagiaan yang tak terkira
dihatinya nan tulus itu. Kemudian Sang Ayah menuntun anaknya yang masih
kecil untuk berwudlu dan menggunakan baju Muslim yang kemudian mereka
berdua berangkat ke masjid bersama-sama.
Hawa dingin kota Wollongong menyelimuti perjalanan mereka. “Mas Rafi
kedinginan?” Tanya sang Ayah. Si Rafi kecil mengangguk. “Sini Ayah
gendong biar hangat” kata sang ayah. Kemudian mereka berdua berjalan
memasuki Omar Mosque yang telah ramai dengan jamaah.
Selagi menanti iqomat berkumandang, Si Rafi kecil tetap berada di
dekapan sang Ayah. Namun tak berapa lama ia tertidur, mungkin karena
lelah ataupun memang sudah malam bagi dia untuk masih terjaga. Karena
sholat Isya di kota Wollongong NSW saat itu tepat berada di pukul 20:40
PM.
Sang Ayah mulai bingung. Ia gelisah, jangan-jangan si Rafi kecil
nanti terbangun dan menangis di saat sholat sedang berlangsung, “Apakah
saya harus terus mengikuti sholat berjamaah, atau pulang...” tanyanya
dalam hati. Masih ditengah kebimbangan itu, tiba-tiba Syeh Abdurrahman
memasuki masjid dan berkata, “Brother, why do you bring your child
here!? He is still too young. Its very cold outside.” Katanya
menasehati. Memang Syekh Abdurrahman sangat ketat sekali terhadap anak
kecil yang bisa mengganggu kekhusyukan sholat. Berkali-kali beliau
mengingatkan untuk tidak membawa anak kecil terutama anak yang masih
sulit untuk diberi pengertian. Sudah banyak jamaah yang diingatkan
karena kejadian anaknya yang mengganggu sholat.
“Syekh, should I go home now?” Tanya sang Ayah. Syeh Abdurrahman
memandangi si Anak yang sudah terlelap tidur dipangkuan Ayahnya dengan
iba. “If you think that he will not crying when we are praying, you can
pray at the corner and take it beside you,” jawab Syeh Abdurrahman yang
tak berapa lama Iqomatpun dikumandangkan oleh Muadzin.
Sang Ayah masih menggendong Rafi kecil di ruangan masjid bagian
belakang. Ia ragu untuk meneruskan sholat berjamaah, karena malam
semakin dingin, Ia takut anaknya nanti terbangun dan menangis, sehingga
akan mengganggu jamaah yang lain. “Yaa Alloh..., kalau engkau
menghendaki aku pulang dan tidak mengikuti sholat berjamaah, aku akan
pulang sekarang, tetapi, kalau engkau masih mengizinkan aku untuk
mengikuti sholat berjamaah bersama yang lain, hamba mohon, kuatkan anak
kami sehingga saya bisa mengikuti sholat berjamaah dengan tenang...”
doanya dalam hati.
“Brother, oh your son is sleeping..., its very cold outside...” kata
Ahmad Fathi Salah yang baru tiba dan tiba-tiba menghampirinya, Ahmad
adalah seorang sahabat, International student yang berasal dari Libya.
“I think Its better for me to pray in my house,” jawab sang Ayah.
“No...!, you can pray together with us,” jawab Ahmad. Ahmad kemudian
melepas jaket kulitnya dan memberikan pada Ayah Rafi. “Use it to warmer
your son.” Jawabnya. “Brother come here, you can pray here,” katanya
kemudian sembari memberikan sebuah tempat untuk sholat dan tempat
berbaring si Anak.
Mulanya ragu-ragu, tetapi Sang Ayah kemudian membaringkan si Anak
tepat di sebelahnya dan kemudian menyelimuti dengan jaket kulit milik
sahabatnya itu. “Yaa Alloh kutitipkan dia padaMu, jangan bangunkan dia
sebelum sholat isya’ ini berakhir, Aamiin...” doa sang Ayah sebelum
memulai sholat.
Sholatpun kemudian dimulai dan sang anak tetap terlelap dalam
tidurnya. Dan... Alhamdulillah.., hingga rokaat ke empat berakhir, tak
ada suara dari si Rafi kecil, dan begitu salam tanda sholat berakhir,
Anak kecil itu bergerak-gerak, ia membuka matanya dan.. “Ayah, di mana
kita...?” tanyanya dengan polos. “Kita di masjid sayang, tuh sholat
barusan selesai,” kata Ayahnya dengan tersenyum.
Terucap syukur dalam hati sang ayah, “Terima kasih Yaa Alloh... telah
Engkau bukakan pintu-pintu RahmatMu kepada hamba, Engkau beri hamba
kesempatan untuk menikmati indahnya sholat berjamaah di rumahMu.
Alhamdulillah...”
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah [9] : 18)
Subhanalloh...
Redi Bintarto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar