Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Ibnu Arabi beralasan, Al-Haq adalah bagian inmanen dalam diri manusia sebagai alam mikrokosmos, bukannya Ia (Allah) transenden seperti banyak digambarkan oleh ulama fikih, Allahu a’lam.
Secara sederhana, tingkatan alam yang akan menjadi objek pembahasan di sini ialah alam mulk, alam mitsal, alam malakut, dan alam jabarut.
Untuk berguru kepada para penghuni alam-alam tersebut, pengenalan mendalam mengenai alam-alam itu perlu dilakukan. Sebab, bagaimana mungkin bisa mengakses sekaligus belajar kepada para penghuninya jika alamnya sendiri tak dipahami dengan baik. Setiap alam akan dibahas dalam artikel-artikel tersendiri.
Selain mengenal berbagai alam, manusia sepatutnya mengenal dirinya sendiri dulu secara mendalam. Bagaimana mungkin kita bisa mengenal lebih jauh alam lain tanpa didahului mengenal diri sendiri atau alam di mana kita tinggal. Apalagi, rahasia Tuhan di dalam diri kita sungguh sangat besar.
Sebelum menyingkap hijab-hijab yang ada di alam lain, yang harus disingkap lebih dulu adalah hijab yang ada dalam diri kita. Selanjutnya menyingkap hijab di alam kita, kemudian alam-alam lainnya. Terkait hal ini, pernyataan Rasulullah yang sering dikutip para sufi adalah Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu (Barangsiapa yang memahami dirinya, ia dapat memahami Tuhannya).
Meskipun para ulama hadits menganggap pernyataan itu bukan hadits (baca hasil penelitian Prof Syuhudi Ismail), kalangan sufi seolah sudah mengonfirmasikan langsung kepada Rasulullah akan keberadaan hadits ini. Hadits ini berulang-ulang dikutip di dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali dan kitab-kitab karya Ibnu Arabi.
Dari hadits ini diketahui bahwa kompleksitas dan rahasia di dalam diri manusia berlapis-lapis. Setelah mengenal alam-alam spiritual dan rahasia besar yang ada di dalam diri manusia, langkah berikutnya adalah bagaimana melakukan upaya sungguh-sungguh untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Kedekatan ini menjadi prasyarat untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan Al-Haq. Diperlukan mursyid untuk membimbing kita agar jangan salah alamat dalam mencari dan menemukan objek yang dituju. Seseorang yang mulai memasuki dunia pencarian spiritual menempuh jalan khusus, itulah yang disebut murid atau salik.
Kemudian, para murid itu akan menjalani berbagai latihan spiritual (riyadhah) secara konsisten sampai mereka menembus berbagai lapis alam dan menyingkap beragam hijab rahasia. Murid yang berhasil menembus batas dan menyingkap tabir disebut mukasyafah, yakni prestasi spiritual yang berhasil dicapai orang-orang yang terpilih oleh Allah. Semoga Allah memberi kemudahan kepada kita untuk mencapai harapan ini.
Ibnu Arabi beralasan, Al-Haq adalah bagian inmanen dalam diri manusia sebagai alam mikrokosmos, bukannya Ia (Allah) transenden seperti banyak digambarkan oleh ulama fikih, Allahu a’lam.
Secara sederhana, tingkatan alam yang akan menjadi objek pembahasan di sini ialah alam mulk, alam mitsal, alam malakut, dan alam jabarut.
Untuk berguru kepada para penghuni alam-alam tersebut, pengenalan mendalam mengenai alam-alam itu perlu dilakukan. Sebab, bagaimana mungkin bisa mengakses sekaligus belajar kepada para penghuninya jika alamnya sendiri tak dipahami dengan baik. Setiap alam akan dibahas dalam artikel-artikel tersendiri.
Selain mengenal berbagai alam, manusia sepatutnya mengenal dirinya sendiri dulu secara mendalam. Bagaimana mungkin kita bisa mengenal lebih jauh alam lain tanpa didahului mengenal diri sendiri atau alam di mana kita tinggal. Apalagi, rahasia Tuhan di dalam diri kita sungguh sangat besar.
Sebelum menyingkap hijab-hijab yang ada di alam lain, yang harus disingkap lebih dulu adalah hijab yang ada dalam diri kita. Selanjutnya menyingkap hijab di alam kita, kemudian alam-alam lainnya. Terkait hal ini, pernyataan Rasulullah yang sering dikutip para sufi adalah Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu (Barangsiapa yang memahami dirinya, ia dapat memahami Tuhannya).
Meskipun para ulama hadits menganggap pernyataan itu bukan hadits (baca hasil penelitian Prof Syuhudi Ismail), kalangan sufi seolah sudah mengonfirmasikan langsung kepada Rasulullah akan keberadaan hadits ini. Hadits ini berulang-ulang dikutip di dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali dan kitab-kitab karya Ibnu Arabi.
Dari hadits ini diketahui bahwa kompleksitas dan rahasia di dalam diri manusia berlapis-lapis. Setelah mengenal alam-alam spiritual dan rahasia besar yang ada di dalam diri manusia, langkah berikutnya adalah bagaimana melakukan upaya sungguh-sungguh untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Kedekatan ini menjadi prasyarat untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan Al-Haq. Diperlukan mursyid untuk membimbing kita agar jangan salah alamat dalam mencari dan menemukan objek yang dituju. Seseorang yang mulai memasuki dunia pencarian spiritual menempuh jalan khusus, itulah yang disebut murid atau salik.
Kemudian, para murid itu akan menjalani berbagai latihan spiritual (riyadhah) secara konsisten sampai mereka menembus berbagai lapis alam dan menyingkap beragam hijab rahasia. Murid yang berhasil menembus batas dan menyingkap tabir disebut mukasyafah, yakni prestasi spiritual yang berhasil dicapai orang-orang yang terpilih oleh Allah. Semoga Allah memberi kemudahan kepada kita untuk mencapai harapan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar