Minggu, 11 Maret 2012

Obama Minta Maaf Prajuritnya Bantai 16 Warga Sipil di Afghanistan

Seorang prajurit AS membabi buta melepaskan tembakan dan menewaskan 16 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, di Kandahar, Afghanistan, Minggu (11/2). Presiden Barrack Obama pun meminta maaf.

Presiden AS Barack Obama menelepon Presiden Afghanistan Hamid Karzai untuk mengungkapkan rasa sedih dan minta maaf atas penembakan di Afghanistan oleh seorang prajurit AS yang menewaskan 16 warga sipil.

Dalam pembicaraan telepon itu, Obama menyampaikan bela sungkawa kepada rakyat Afghanistan, dan memperjelas komitmen pemerintahnya untuk menetapkan fakta secepat mungkin dan mengadili pelakunya, katanya.

"Insiden ini tragis serta mengejutkan, dan tidak mewakili karakter istimewa militer kami," ucap Obama dalam penjelasan resmi yang disampaikan Gedung Putih.

Penembakan membabi-buta itu terjadi pada Minggu pagi ketika seorang prajurit AS berjalan keluar dari markasnya di provinsi Kandahar, Afghanistan selatan, dan memberondongkan tembakan ke arah pria, wanita dan anak-anak.

Menteri Pertahanan AS Leon Panetta memberikan jaminan kepada Karzai akan melakukan invvestgasi terhadap prajurit nakalnya.

Penembakan itu terjadi ketika hubungan Washington dengan mitra-mitranya di Afghanistan menegang setelah pembakaran Al-Quran di sebuah pangkalan AS bulan lalu yang mengakibatkan kerusuhan-kerusuhan mematikan selama beberapa hari.

Peristiwa itu juga akan memperumit upaya Washington untuk merundingkan kemitraan srategis jangka panjang dengan Kabul yang akan menetapkan landasan bagi kerja sama keamanan yang akan berlanjut.

Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Pada Oktober, Taliban berjanji akan terus berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.(Ant/X-12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar